Sabtu, 17 Desember 2016

SEJARAH PYTHAGORAS (570 - 495) SM



 Phytagoras (570 - 495) SM

·         Masa Kecil Phytagoras
Pythagoras lahir pada tahun 580 SM (Sebelum Masehi) di Pulau Samos, Yunani. Dia berayah seorang pedagang kaya bernama Mnesarchus dari kota 7Tirus, Phoenicia, sekarang bernama kota Sur, masuk wilayah Libanon.  Ibu Pythagoras berdarah asli Samos, bernama Pythais yang dinikahi Mnesarchus untuk menyempurnakan statusnya sebagai warga kota Samos. 
Kelahiran Pythagoras yang kelak akan menjadi tokoh tersohor sepanjang zaman telah dinujumkan jauh hari oleh seorang pendeta Yunani di kuil Apollo, kota Delphi. Ketika itu Mnesarchus yang baru menikahi Pythais sedang melakukan perjalanan bisnis dan singgah di kuil Apollo dengan membawa persembahan. Begitu tiba di kuil, Mnesarchus langsung disambut sang pendeta.
“Sudah tugasku menerima wahyu dari Yang di Atas. Kau akan dianugerahi seorang anak yang istimewa. Rawatlah baik-baik anakmu. Bagi bangsa Yunani, dia akan penuh hikmat. Bagi umat manusia keseluruhan, dia akan membawa pada pengetahuan. Rawatlah dia baik-baik dan jagalah anakmu sepenuh hati,” ujar pendeta itu panjang lebar.
Mnesarchus mendengarkan dengan penuh takzim dan mengucapkan terima kasih atas ramalan baiknya yang menyenangkan hati. Apa yang dinujumkan itu benar-benar menjadi kenyataan. Mnesarchus menemukan tanda khusus pada paha bayi Pythagoras yang dia yakini sebagai petunjuk adanya keistimewaan.
Oleh ayahnya, Pythagoras kecil lantas diserahkan pada Creophilus untuk diberikan pendidikan secara khusus. Guru Creophilus mengakui bahwa Pythagoras mempunyai pesona dari sorga dan memiliki kecerdasan luar biasa. Sebagaimana putra-putra Yunani terdidik, Pythagoras pun mempelajari karya-karya sastra, puisi dan bermain musik.
Setelah dinyatakan lulus dari Guru Creophilus, Pythagoras selanjutnya berguru pada Pherekydes. Guru kedua itu juga memberikan banyak bekal pada Pythagoras mengenai filsafat, mistik dan mitologi. Pherekydes merupakan guru yang hebat dan selalu dikelilingi pemuda-pemuda yang ingin mempelajari berbagai hal.
Pythagoras sendiri memperoleh pelajaran dari Pherekydes secara privat alias khusus. Dari Pherekydes itulah Pythagoras memperoleh ajaran mengenai hubungan jiwa dan tubuh. Pherekydes mengatakan, “Ada lubang-lubang di tubuh yang menyebabkan jiwa bisa berpindah. Karenanya wahai Pythagoras, belajarlah memurnikan jiwa dengan hidup seimbang.”

Dari ajaran itulah Pythagoras memperoleh inspirasi awal mengenai keharusan berprilaku bersih agar jiwa terjaga kesuciannya.Namun menjelang usia remaja, Pythagoras terpukul jiwanya. Ayahnya. Mnesarchus meninggal dunia karena sakit.
“Ayah adalah orang paling berharga dalam hidupku. Dialah yang pertama kali membawaku berkeliling ke berbagai kota,” ratap Pythagoras di sisi jenasah ayahnya.
Kesedihan Pythagoras sangat dirasakan kedua gurunya. Creophilus terus-menerus menghibur. “Pythagoras, janganlah larut dalam kesedihan. Aku akan jadi pengganti ayahmu. Sebelum meninggal, ayahmu mempercayakan pengawasan dan pembimbingan dirimu kepadaku. Janganlah bersedih,” hibur Creophilus. Berangsur-angsur Pythagoras pun berusaha melenyapkan kesedihannya bersama kedua gurunya.

·         Belajar ke Berbagai Penjuru
Sepeninggal ayahnya, Pythagoras bangkit kembali untuk tetap terus tekun belajar dan melupakan segala duka laranya. Dari guru Pherekydes, Pythagoras melanjutkan berguru ke berbagai tempat yang dipandang akan menambah pengetahuannya lebih banyak lagi. Pythagoras dirujuk untuk menemui Guru Thales.
Tahun 562 SM Pythagoras berlayar dari Samos ke Miletus untuk menemui filosuf Thales. Pada waktu itu sebenarnya, Guru Thales karena usianya sudah uzur tidak lagi mengajar. Thales lahir 625 SM, berarti ketika Pythagoras datang menemuinya, filosuf Thales sudah berusia sekitar 63 tahun. Tugas sehari-hari mengajar telah diserahkan pada murid seniornya, Anaximander.
Guru Thales terkenal sebagai salah satu dari tujuh orang bijak yang tersohor pada zaman itu. Ketujuh orang bijak tersebut selain Thales dari Miletus adalah, Bias dari Priene, Pittakos dari Mytelene, Soloon dari Athena, Kleoboulos dari Lindos, Khiloon dari Sparta dan Periandros dari Korinthos.
Keahlian Thales terutama di bidang matematika dan astronomi. Thales adalah orang pertama yang berhasil secara tepat meramal akan terjadinya gerhana matahari pada tahun 585 SM. Pada waktu meramalkan gerhana matahari usia Thales baru menjelang empat puluh tahun. Thales juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan menjadi penasihat pemerintahan kota Miletus. Jadi tepat Pythagoras datang kepada Thales yang merupakan ilmuwan besar pada masanya.
Pythagoras cukup beruntung dapat diterima secara pribadi oleh Guru Thales. Kendati sehari-hari tidak lagi bertugas mengajar, namun Thales bersedia memberikan pelajaran pada Pythagoras secara khusus, selain juga tetap mengikuti pelajaran yang diberikan Anaximander.
Dalam sejarah filsafat Yunani klasik, Thales dijuluki sebagai bapak filsafat alam. Dia mengabdikan hidupnya pada astronomi dan penelitian-penelitian ilmiah atas alam semesta. Dari Guru Thales itulah Pythagoras belajar astronomi. “Gerakan planet dan bintang semuanya terhitung secara matematis dan rinci. Kalau tidak terukur secara matematis, terperinci dan harmonis, alam pasti akan saling berbenturan, hancur berantakan dan musnah,” papar Guru Thales pada Pythagoras.
Dari Anaximander didapatlah pelajaran mengenai geometri dan kosmologi. “Geometri selalu menghasilkan gedung-gedung megah karena geometri sendiri pun begitu megah,” ujar Anaximander kepada Pythagoras.
Dari Anaximander pulalah Pythagoras belajar mengenai pengukuran-pengukuran geometris. Anaximander yang lahir pada 610 SM dalam sejarah geografi dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggambarkan peta dunia.
Selanjutnya oleh kedua filsuf itu, Pythagoras dianjurkan memperdalam ilmunya dengan belajar ke Mesir. “Sudah tak ada yang bisa kuajarkan padamu. Untuk mendalaminya lebih jauh, pergilah ke Mesir, tempat segala sesuatu berasal. Baik itu teologi, matematika, geometri dan kimia, semuanya dapat dilacak di Mesir. Janganlah sekali-kali minum anggur, hindari makan daging serta jauhi sifat rakus dan tamak agar jiwamu selalu bersih,” nasihat Thales pada kesempatan terakhir pelajarannya. Usia Pythagoras pada waktu itu sudah 18 tahun.
Pythagoras mengikuti anjuran Guru Thales. Pada tahun 535 SM Pythagoras berlayar ke Mesir. Ada dua hal penting berkenaan dengan kepergiannya ke Mesir. Pertama, meneruskan minatnya mempelajari ilmu-ilmu di Mesir. Kedua, menghindari ancaman pemerintahan diktator Polycrates.
Pada masa Pythagoras menginjak usia dewasa, Samos dikuasai pemerintahan otoriter yang bengis dibawah diktator Polycrates. Musuh-musuh politiknya dihabisi secara sadis. Bahkan saudaranya sendiri yang tidak menyetujui cara-cara kekerasan yang diambil Polycrates juga disingkirkan. Pythagoras termasuk warga Samos yang tidak menyetujui gaya kepemimpinan Polycrates. Sebelum meninggalkan Samos, dengan penuh keberanian, Pythagoras menulis surat kepada Polycrates.
“Polycrates, janganlah membawa Samos pada kediktatoran militer. Lihatlah sendiri, Mesir besar bukan karena militernya, melainkan peradabannya,” tulis Pythagoras dalam suratnya.  Polycrates membalas dengan ucapan sinis. “Kalau kau memang mengagumi Mesir, datanglah sendiri kau ke sana.” Walaupun tidak terang-terangan Polycrates akan menghukum tokoh muda itu, namun dari relung hati Pythagoras ada isyarat tidak beres. “Polycrates pasti punya rencana terselubung,” pikirnya.
Karena itu Pythagoras meninggalkan Samos pada malam hari agar tidak diketahui kaki tangan Polycrates. Selama berlayar melintasi Laut tengah, perjalanan berlangsung aman dan lancar. 
Dalam perjalanan itu, Pythagoras lebih banyak bermeditasi, tidak banyak bergerak, tidak makan, tidak minum dan tidak tidur. Para awak kapal menganggap perjalanan mereka diberkati.
Di antara mereka yang sedianya akan bermaksud jahat hendak menjual Pythagoras sebagai budak di Mesir, malah berbalik sangat takzim dan penuh hormat.  “Wah, dia seperti seorang nabi tanah Yudea. Sepertinya ada jiwa suci menyertai Pythagoras,”bisik-bisik di antara awak kapal.
Sebelum meninggalkan kapal, Pythagoras berpesan kepada para awak kapal. “Janganlah berbuat kejahatan. Karena kejahatan itu akan berbalik padamu. Sucikanlah jiwamu. Dengan begitu kehidupan akan jauh lebih baik dan kamu akan hidup bahagia,” kata Pythagoras dengan lembut. Mereka hanya bisa diam sambil mengangguk-angguk.
Mesir adalah tempat yang menakjubkan bagi Pythagoras. Dia menyaksikan kemegahan bangunan piramid dan spink. “Benar kata Guru Thales, peradaban Mesir sangat maju. Di sini perkembangan matematika dan astronomi jauh lebih dahsyat. Aku akan tinggal lama di Mesir untuk mempelajari matematika, astronomi dan peradaban Mesir yang sangat mengagumkan,” pikir Pythagoras membulatkan tekadnya.
Demikianlah Pythagoras banyak menggali ilmu di Mesir. Di negeri lahirnya para nabi itu, Pythagoras juga belajar ritus agama dan ketuhanan. Para pemuka agama di Mesir kuno hidup sepenuhnya di dalam kuil, menjaga kesucian, memotong rambut, memakai kain linen dan mandi lima kali sehari. Banyak cara hidup pendeta Mesir kelak diadopsi Pythagoras dan diajarkan kepada para pengikutnya, seperti hidup vegetarian dan menolak menggunakan pakaian yang berasal dari kulit binatang.
Selama bermukim di Mesir, Pythagoras menyaksikan terjadinya peristiwa peperangan antara Mesir dan Persia. Polycrates penguasa lalim di Samos yang semula menjalin hubungan dengan Mesir berbalik ikut menyerang Mesir dengan cara mengirim 40 kapal perang memperkuat pasukan Persia.
Peperangan terbuka pecah di kawasan sebuah delta Sungai Nil. Pasukan Mesir kalah telak. Dua kota terpentingnya, Heliopolis dan Memphis dikuasai Persia. Raja Amasis dijebloskan ke penjara dan penduduknya dimusnahkan.
Akibat kekalahan perang melawan Persia itu, orang-orang Mesir dibuang ke Babilonia sebagai tawanan perang. Dalam barisan tawanan itu terdapat pula Pythagoras. Walaupun berada di pembuangan, Pythagoras tetap dapat mensyukuri karena masih dapat bertahan hidup. Bahkan Pythagoras merasa sangat senang karena dapat berhubungan dengan para penganut Majusi.
Menurut agama Majusi yang ditetapkan sebagai agama resmi Persia , dipercayai adanya kekuatan baik atau Tuhan yang disebut Ahuramazda dan kekuatan jahat atau iblis yang disebut Ahriman. Ahuramazda dan Ahriman menjadi penguasa alam semesta jagad raya dan terus-menerus saling berhadapan.
Selama masa pembuangan itu Pythagoras juga mendapat tambahan ilmu aritmatika dan musik. Oleh pendeta Majusi, Pythagoras disarankan pergi ke India.
“Di tanah Hindustan, letaknya jauh ke arah timur melewati sungai Indus, akan kau temukan pelajaran lain yang lebih berharga,” kata salah seorang Pendeta Majusi kepada Pythagoras.
Dengan izin pemuka agama Majusi, Pythagoras meninggalkan Babilonia dan mengembara ke arah timur. Berdasar catatan sejarah, pada sekitar 3000 SM jauh melampaui zaman keemasan filsafat Yunani Kuno yang baru mulai muncul pada tahun 600 SM atau zaman kehidupan filosuf Thales, peradaban bangsa-bangsa di Timur telah mencapai kemajuan yang menakjubkan. Bangsa Arya yang konon merupakan ras paling unggul telah menancapkan pengaruhnya di dataran tinggi Iran dengan pimpinan Zarathustra atau Nabi Zoroaster.
Hindustan yang kala itu dikuasai bangsa Arya, Pythagoras terkagum-kagum menyaksikan kemajuan peradaban negeri itu. Pada masa itu Yunani masih di belakang peradaban bangsa-bangsa timur. Eropa secara keseluruhan masih hutan belantara. Kepada para pendeta Hindustan itu Pythagoras mempelajari konsep mengenai penyatuan jiwa. Dari ajaran para pendeta Hindustan itulah tampaknya Pythagoras mengembangkan konsep filsafat, bahwa jiwa kita semua akan menyatu kembali dalam satu kesatuan kepada Yang Maha Suci. “Itulah hakikat Tuhan, dari-Nya kita berasal dan kepada-Nya pula kita akan kembali,” ujar pendeta Hindustan meringkaskan keyakinannya.
Pada waktu Pythagoras mengunjungi Hindustan, selain adanya agama Hindu yang sudah mengakar, berkembang pula ajaran baru yang disebarluaskan oleh Sidharta Gautama yang terkenal dengan nama Budha. Bagi Pythagoras, ajaran Hindu mengenai kasta dalam struktur masyarakat kurang memuaskan batinnya. Bangsa Arya membedakan secara tajam antara kasta tertinggi dengan kasta paling rendah yang meliputi rakyat jelata.
Dengan petunjuk orang Arya, Pythagoras dapat menemui Sang Budha Gautama, tokoh yang sedang naik daun di Hindustan kala itu. Pangeran yang hengkang dari istana kerajaan dan lebih memilih untuk menyebarkan pandangan hidup baru tanpa membeda-bedakan asal-usul keturunan itu sangat menarik minat Pythagoras.
Ditilik dari tahun kelahiran Sidharta dengan tahun kelahiran Pythagoras, terdapat selisih perbedaan usia sekitar 17 tahun. Sidharta lahir sekitar 563 SM, sedangkan Pythagoras pada 580 SM. Itu berarti Sidharta lebih muda 17 tahun dari usia Pythagoras.
Keduanya bertemu pada sekitar tahun 522 SM. Usia Pythagoras sudah terbilang matang berkepala lima atau sekitar limapuluh delapan tahun. Sidharta lebih muda tujuhbelas tahun atau berusia sekitar 41 tahun. Tampaklah mulia hati Pythagoras, ternyata dia bersedia menemui orang yang lebih muda dari dirinya untuk menggali ilmu memenuhi rasa dahaganya. Dalam usia menjelang enampuluh tahun itu Pythagoras masih melanglang buana ke segenap penjuru menghimpun segala ilmu pengetahuan.
Padahal Sidharta Gautama sudah menyebarkan ajarannya pada usia tigapuluh lima tahun. Maka ketika Pythagoras menemui Sang Budha Gautama, bagai air bah ajaran Budha telah menyebar ke berbagai wilayah Hindustan. Sang Budha Gautama telah memiliki banyak pengikut.
Pertemuan Pythagoras dengan Sang Budha Gautama yang jauh lebih muda di kaki pegunungan Himalaya telah menorehkan inspirasi besar. Lelaki yang telah banyak malang melintang ke berbagai negeri timur itu merasa sudah terpuaskan hasrat pencariannya.
Setelah mengembara di Hindustan, Pythagoras kembali ke Babilonia. Orang-orang Babilonia menyampaikan kabar bahwa penguasa Samos, Polycrates yang lalim telah tewas di tangan orang Oroetes yang tidak menyetujui penggabungan Samos ke Persia. Mereka menyarankan agar Pythagoras kembali saja ke Samos. “Polycrates yang mengancam nyawamu sudah tewas dibunuh. Saatnya sekarang kau kembali ke Samos. Pulanglah, sobat... Negerimu yang hancur saat ini membutuhkan kehadiranmu. Bagaimanapun Babilonia bukan rumahmu,” kata orang Babilonia mengingatkan.
Pythagoras tercenung masgul. Dalam usia menjelang senja itu dia masih hidup di negeri orang. Praktis empat puluh tahunan Pythagoras meninggalkan kampung halamannya. Sejak usia delapan belas tahun hingga usia limapuluh delapan tahun telah dihabiskan waktunya menimba berbagai ilmu di seluruh penjuru negeri.

·         Mendirikan Perguruan, Menyebarkan Kebajikan
Pada tahun 520 SM Pythagoras kembali ke negeri leluhurnya di Pulau Samos. Keadaan kampung halamannya ternyata hancur berantakan. Pasukan tentara Persia telah meluluhlantakkan segalanya .
Di Samos Pythagoras mencoba mendirikan sekolah yang disebutnya Semicircle. Dia mengajarkan kebajikan-kebajikan untuk kembali menata kota Samos. “Harus ada hukum yang dijunjung. Jangan berbuat jahat lagi. Kebaikan dan keadilan harus ditegakkan,” seru Pythagoras.
Namun tampaknya ajakan Pythagoras tidak memperoleh sambutan hangat dari warga Samos. Sebagian besar penduduk memilih hidup berfoya-foya dan bersenang-senang dalam kehancuran. Karena itu Pythagoras kembali meninggalkan kampung halamannya pada tahun 518 SM. Dia hanya bertahan sekitar dua tahun saja. Ada kelompok masyarakat yang sangat membencinya. Bahkan ada yang menyerang Pythagoras sebagai antek Persia atau antek Mesir. Memang pengaruh Mesir maupun alam pikiran timur sudah merasuk dalam diri Pythagoras.
Pythagoras kembali berkelana sambil mengajarkan pandangan hidupnya kepada siapa saja yang mau mendengarkan. “Saudara-saudaraku, kebenaran hanya bisa didapat dengan jiwa yang suci dan tulus. Alam menuntut matematika yang harmonis. Jiwa juga harus harmonis dengan alam,” Pythagoras berfilsafat di setiap kesempatan yang ada. Pentingnya menyampaikan kebenaran dalam segala situasi itu merupakan inspirasi yang didapat Pythagoras dari orang-orang Majusi ketika hidup dalam pembuangan di Babilonia.
Pelan namun pasti, jumlah orang yang bersimpati dengan ajarannya pun terus bertambah. Pythagoras mulai dikenal sebagai orang bijaksana. Dia mengajarkan pada setiap orang untuk selalu menjaga kesucian jiwa. “Hendaklah jangan saling membunuh. Hapuskan perbudakan, jauhkan peperangan, hindari bermewah-mewah dan hiduplah sederhana,” tuturnya lemah lembut.


·         Kembali Berkelana, Menetap di Italia
Setelah mengembara ke berbagai penjuru, Pythagoras rupanya tidak pernah mau kembali ke kampung halaman di Samos, Yunani. Pasalnya ada desas-desus yang meresahkan hatinya bahwa penguasa Yunani akan menghukumnya apabila Pythagoras kembali ke tanah kelahiran. Walau fakta ini tidak didukung bukti-bukti sejarah, namun fenomena bertahannya Pythagoras di negeri orang cukup dapat menjelaskan latar belakang keengganannya pulang kampung.
Sesudah banyak melakukan pengembaraan dan terjaminnya keamanan diri beserta para pengikut, Pythagoras kemudian memutuskan tinggal di Kroton, Italia Selatan. Kota Krotona, salah satu wilayah koloni Yunani, sekarang kawasan Italia, merupakan kawasan yang dirasa aman bagi Pythagoras beserta murid-muridnya. Krotona berada di teluk Taranto, selatan Italia. Kota itu dibangun sekitar 710 SM oleh orang-orang Yunani. Awalnya bernama Croton, lalu berubah jadi Cotrone dan sejak 1928 menjadi Crotone. Di situlah dia bersama para pengikutnya mendirikan perguruan atau semacam pesantren. Mereka bersumpah setia untuk sehidup semati tinggal bersama sebagai satu komunitas. Sekitar duapuluh tahunan padepokan Pythagoras berada di Kroton.

·         Peraturan Ketat
Selama puluhan tahun memimpin perguruan yang didirikannya, Pythagoras menerapkan peraturan-peraturan dan tata tertib secara sangat ketat. Tetapi hal itu didasari pada kesukarelaan para murid pengikutnya. Bagi yang tidak dapat mengikuti atau berkeberatan boleh meninggalkan perguruan alias tidak dilarang ke luar di tengah jalan. Perguruan Pythagoras sangat terkenal dan berjaya sepanjang usianya.
Barang siapa tidak menyucikan diri atau penyuciannya masih berkurang, rohnya akan berpindah pada kehidupan lain. Perpindahan itu dapat berlangsung terus-menerus dan berulang-ulang, baik itu ke tumbuh-tumbuhan, binatang maupun juga ke manusia yang kemudian dilahirkan ke dunia. Apabila roh sudah sungguh-sungguh disucikan melampaui berbagai perpindahan, maka roh akan tenang penuh kemuliaan.
Dalam merekrut murid atau pengikut, tidak sembarang orang dapat diterima. Ujian pertama yang wajib diikuti oleh siapapun untuk diterima sebagai murid, yaitu kerelaan menyerahkan segenap apa yang dimiliki. Harta benda tersebut dapat diambil kembali apabila yang bersangkutan keluar dari perguruan.
Ujian berikutnya yang tidak kalah beratnya adalah seluruh murid diwajibkan mengikuti pertemuan-pertemuan secara bersama-sama. Para pengikut Pythagoras ini dilatih hidup menjauhi kenikmatan duniawiyah dan memperkuat ketahanan mental-pikiran. Barang siapa melakukan pelanggaran di luar batas toleransi niscaya akan terkena sanksi berat.
Pernah seorang murid bernama Hippasos dikenai sanksi berat akibat kebandelannya. Pythagoras telah beberapa kali mengingatkan agar Hippasos tidak sembarangan membicarakan ilmu rahasia kepada orang-orang di luar yang belum tentu sependapat. Namun Hippasos tidak mengindahkan teguran Pythagoras. Bahkan cenderung membangkang dan diketahui mulai berani berolok-olok bila berada di luar padepokan. Terutama yang berkenaan dengan berbagai pantangan atau tabu-tabu yang diajarkan Pythagoras. Lantaran sudah melampaui batas, Pythagoras menjatuhkan sanksi paling berat dan tidak ada kata maaf lagi. Hippasos dipecat.
Menurut tata tertib yang berlaku, murid semacam Hippasos itu sudah termasuk berkhianat karena membocorkan ilmu rahasia pada orang tidak berhak. Pythagoras menyatakan, selama masih menjadi muridnya wajib menaati seluruh tata tertib sebagaimana dijanjikan dari awal. Barangsiapa melakukan pelanggaran dan tidak memperlihatkan itikad baik untuk memperbaikinya, maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dari padepokan atau diminta mengundurkan diri. Bagi yang terkena pemecatan, alam semesta diniscayakan akan menambahkan hukuman yang setimpal.
Dalam perjalanan pulang ke kampung halaman, Hippasos mengalami kecelakaan. Kapal yang ditumpanginya oleng diombang-ambingkan badai besar. Hipassos terlempar dari kapal dan mati. Sejarah mencatat, itu akibat dia kualat memperolok ajaran-ajaran Pythagoras. Padahal sebagai seorang murid seharusnya dia menjaga kehormatan guru besarnya atau secara baik-baik mengundurkan diri sekiranya tidak lagi dapat menerima ilmu-ilmu sang guru.
Pythagoras melalui ajaran-ajarannya menekankan bagaimana pada akhirnya para pengikut berhasil mencapai kebersihan jiwa. Itu tidak hanya melalui pengetahuan teoritis saja. Lebih dari penyelidikan-penyelidikan matematis-ilmiah yang memang merupakan dasar sistem filsafatnya, Pythagoras juga mewajibkan pelaksanaan tata tertib moral-spiritual, mulai dari tingkah laku, pola makan hingga ritual dan tabu-tabu yang tampak aneh sekalipun.
Di kota itulah ajaran-ajaran Pythagoras memperoleh sambutan. Pythagoras menyebut para pengikutnya sebagai Pythagorean. Pada perguruan Pythagoras, wanita memperoleh kedudukan yang sederajat dengan pria. Pythagoras sangat menghormati dan menjunjung tinggi harkat-martabat wanita. Pythagoras konsisten dengan filsafatnya mengenai angka-angka, walaupun terbagi ganjil dan genap seperti halnya pria dan wanita, namun keduanya merupakan satu kesatuan.

·         Pola Hidup Vegetarian
Dalam hal menyantap makanan, Pythagoras juga menetapkan peraturan ketat serta melakukan pantangan terhadap jenis makanan tertentu. Sayur-mayur, buah-buahan, sedikit karbohidrat dan air putih merupakan menu sehari-hari. Sedangkan segala rupa daging, ikan, minuman beralkohol merupakan jenis makanan yang mutlak harus ditinggalkan alias menjadi pantangan.
Dasar ajaran Pythagoras mengenai makanan yang dibolehkan dan yang harus ditinggalkan itu berkaitan langsung dengan kekuatan pengendalian diri. Makanan jenis tertentu dapat merusak akal budi dan mengotori kesucian batin. Karena itu makanan-makanan tersebut harus dipantang. Pythagoras dan para muridnya mempraktekkan filsafat vegetarian dalam pola makannya.
Tampaknya filsafat vegetarian, yakni berpantang segala macam daging dan ikan, serta menyantap seperlunya saja makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, merupakan ajaran yang digali dari khasanah kebijaksanaan bangsa Timur. Pola makan vegetarian dipandang dapat lebih menyehatkan tubuh, mencegah berbagai penyakit serta terlebih lagi akan membersihkan jiwa dari sifat-sifat jahat, memperkuat mental pikiran dan menjadikan hidup bahagia lahir-batin.
Seperti diketahui melalui catatan-catatan sejarah, Pythagoras bukanlah satu-satunya guru besar asal Yunani yang mempraktekkan pola makanan vegetarian. Guru besar Yunani lainnya seperti Sokrates dan Plato merupakan penganjur serta teladan menyantap makanan vegetaris sesuai kebutuhan tubuh.
Terbukti apa yang diajarkan Pythagoras tak lekang di panas tak lapuk di hujan. Bagi masyarakat modern yang mabuk konsumerisme, sudah pasti tidak gampang menjalani ajaran Pythagoras. Pada masa itu saja hanya sedikit orang yang sanggup menjadi muridnya. Bahkan ada yang menyatakan, pedoman aturan hidup dalam perguruan Pythagoras tidak cuma sebatas menyangkut hal ihwal makanan, tetapi lebih dari itu banyak sekali peraturan tata tertib dalam hal tingkah laku yang wajib ditaati. Bagi masyarakat kebanyakan, lebih-lebih untuk orang sekarang, itu semua nampak gila bin edan.
Tetapi sesungguhnya tidaklah menjadi berat bagi mereka yang tulus untuk mencapai kemuliaan tertinggi, yakni hidup sesuai dengan harmoni alam. Dengan tingkah laku mematuhi peraturan-peraturan susila yang tinggi mutunya, Pythagoras dan para pengikutnya berusaha memperoleh kualitas kebatinan, akal budi yang bersih, jernih. Sebab yang demikian itu juga menjadi tuntutan alam semesta yang harmonis.
Menurut Pythagoras seperti juga diajarkan oleh tokoh-tokoh alim, jiwa manusia itu bersifat kekal. Dengan pola makan vegetaris, kebersihan jiwa cenderung lebih dapat dijaga dan ditingkatkan. Ajaran filsafat vegetarian sangat boleh jadi digali dari kebijaksanaan Mesir kuno. Para pendeta bangsa Mesir diketahui tidak pernah memakan daging. Dipercayai, daging binatang yang disantap manusia sama saja menjadikan badan sebagai kuburan binatang itu.
Selain berpantang daging, terdapat jenis makanan tertentu yang tidak boleh disantap. Di antaranya buncis, roti yang remuk dan roti bulat besar. Ada lagi tabu-tabu tertentu yang harus dihindari seperti melangkahi palang, mengambil api dari batu, memelihara burung walet di atas rumah. Tidak jelas alasannya mengapa hal-hal tersebut ditabukan. Namun semua itu harus betul-betul diperhatikan dan dijaga kerahasiaannya. Pythagoras menekankan, hanya para murid sajalah yang boleh mengetahui ajarannya. Orang-orang di luar padepokan tidak boleh diberi tahu, kecuali mereka sudah resmi bergabung dan tinggal bersama di dalam padepokan. Karena itu padepokan Pythagoras terkenal juga dengan ilmu-ilmu rahasia. Pada waktu itu hanya sedikit sekali yang diketahui apa sesungguhnya yang diajarkan dan dipraktekkan Pythagoras bersama para pengikut di dalam padepokan.

·         Masa Tua Pythagoras
Pythagoras menikah pada usia yang sudah tua, sekitar enampuluh empat tahun. Wanita yang dinikahinya masih berusia muda belia dan menjadi pengikut ajarannya. Dari pernikahannya, Pythagoras memiliki tujuh orang anak. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa Pythagoras menikah dengan seorang wanita bernama Theano dan memiliki Damo putri, dan seorang putra bernama Telauges, yang berhasil Pythagoras sebagai guru dan mungkin diajarkan Empedokles. Yang lain mengatakan bahwa Theano adalah salah seorang muridnya, bukan istrinya, dan mengatakan bahwa Pythagoras tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak.
Akhir kehidupan Pythagoras dicatat sejarah berlangsung amat dramatis. Musuh-musuh Pythagoras sering menyatroni perguruannya. Bahkan kemudian muncul penggalangan mengusir Pythagoras bersama seluruh pengikut. Dengan berat hati mereka meninggalkan Kroton menuju Metapontion, masih di kawasan Italia. Di Metapontion itulah Pythagoras mempertahankan padepokannya sampai akhir. Suatu hari rumah Pythagoras dibakar oleh musuh-musuhnya (mereka yang marah karena dianggap tak layak menjadi anggota perkumpulan Pythagoras) hingga menyebabkan anggota perkumpulan cerai-berai, berlarian menyelamatkan diri. Kemudian gerombolan itu membantai kaum Pythagorean satu demi satu. Akhirnya perkumpulan itu pun hancur. Pythagoras sendiri melarikan diri. Sebenarnya ia bisa selamat jika tak terhalang ladang buncis. Tepat di depan ladang buncis, Pythagoras berhenti dan berkata bahwa ia lebih memilih dibunuh daripada harus melewati ladang buncis. Tentu saja perkataan itu disambut gembira para pemburunya. Akhirnya mereka pun memotong lehernya. Apa yang telah dikuatirkan sejak lama sekali terbukti menjadi kenyataan. Dikabarkan Pythagoras dibunuh oleh orang-orang yang diduga suruhan penguasa Yunani. Begitulah legenda menyebutkan Pythagoras memang telah diincar nyawanya sejak masih usia muda di kampung halaman. Usianya ketika meninggal berkisar sekitar delapan puluh tahun. Pemakaman jasadnya diiringi ratapan para pengikut setia.
Kematian Pythagoras amat misterius karena tidak dapat diungkap secara pasti apa dan bagaimana duduk perkara sesungguhnya hingga dia dibunuh demikian kejinya. Ini berbeda dengan kematian Socrates yang sangat terang-benderang sebab-sebabnya maupun mengabadi dalam sejarah bagaimana para muridnya tegang menghadapi detik-detik kematian Socrates menjelang eksekusi hukuman mati. Sedangkan kematian Pythagoras tertutup kabut sejarah, misterius dan kontroversial.
Sepeninggalnya Pythagoras, padepokan tidak terurus dan kehilangan figur sentral yang selama itu dijadikan panutan. Bahkan mazhab Pythagorean selanjutnya terpecah menjadi dua aliran.
Aliran pertama lebih menekankan praktek mental-spiritual ketat dan bersifat mistis-metafisis atau disebut aliran akusmatikoi. Sedangkan aliran kedua lebih menekankan penyelidikan-penyelidikan ilmu alam dengan dilandasi matematika dan metode ilmiah atau disebut aliran mathematikoi.
Mereka pun berpencar ke kampung asal di berbagai penjuru Yunani dan Italia. Walau secara fisik padepokan Pythagoras sudah bubar karena tak ada lagi tokoh sentralnya, namun ajaran-ajaran Pythagoras tetap berkembang. Justru dengan menyebarnya para pengikut ke berbagai penjuru, filsafat Pythagoras tidak lagi hanya merupakan ilmu rahasia yang cuma berkutat di sekeliling padepokan. Terbukti warisan Pythagoras masih terus dikaji, dipelajari, digali, terus dan terus tanpa henti.
Menurut kesaksian Iamblikhos dan Diogenes (412-323 SM), perkumpulan Pythagoras bukanlah merupakan gerakan politik sebagai ditudingkan oleh pihak-pihak yang tidak menyukai kegiatan mazhab Pythagorean. Mereka murni melakukan aktivitas filsafat praktis disertai ritual spiritual tertentu dan penyelidikan-penyelidikan bidang matematika, astronomi maupun ilmu alam pada umumnya.
Padepokan Pythagoras benar telah ditelan bumi, musnah tanpa bekas. Tetapi ajaran-ajaran filsafat Pythagoras tak pernah mati. Tetap mempesona dan penuh keajaiban.

 DAFTAR RUJUKAN

Phytagoras, Sang Maha Guru Filsafat Angka. (2009, Oktober 19). Retrieved Februari 22, 2014, from Aura Tokoh Sumber Inspirasi: http://auratokoh.blogspot.com/2009/10/pythagoras-sang-mahaguru-filsafat-angka.html
Phytagoras. (2010, Nopember 2). Retrieved Februari 20, 2014, from http://kevin080728.blogspot.com/2010/11/phytagorasmatematika.html
Phytagoras. (2010, April 8). Retrieved Februari 22, 2014, from Anatara Maz dan Mbah: http://antaramazdanmbah.blogspot.com/2010/04/pythagoras.html
Biografi Phytagoras. (n.d.). Retrieved Februari 20, 2014, from Biografi: http://info-biografi.blogspot.com/2012/09/biografi-pythagoras.html



...

0 komentar:

Posting Komentar